Sabtu, 26 Maret 2011

Budaya Bangsa

Jika Jam’iyyah Nahdlatul Ulama dan kalangan pesantren mengaku sebagai penjaga tradisi, maka Pagar Nusalah anak NU yang paling cinta dengan budayanya. Misalnya saja, jurus-jurus yang ada dalam Pagar Nusa tidak harus satu barisan namun disesuaikan dengan trend pencak di daerah masing-masing dan dinamai dengan nama daerahnya. Ada jurus Cimande, Kediri, Pasuruan, dan daerah lainnya. Pagar Nusa tidak terlalu gemar mengimpor jurus-jurus silat dari Asing apalagi sampai menamai jurus silatnya dengan istilah asing yang apalagi ngetrend.
”Sama dengan pesantren yang dulu-dulu itu. Namanya selalu identik dengan nama daerahnya. Ada Pesantren Lirboyo, Tebuireng, Langitan, dan seterusnya. Inilah pesantren yang asli, bukan pesantren yang belakangan dinamai dengan memakai nama dari bahasa Arab,” kata Kiai Suharbillah.
Tema yang diusung dalam kongres Pagar Nusa kali ini adalah ”Berjuang Menegakkan Moralitas dan Budaya Bangsa.” Pagar Nusa bertekat mengisi ruangnya sendiri sekalipun ruangnya yang lama dan klasik dan tak harus sama dengan yang lain. ”Kami akan menngalakkan gerakan ekonomi di seluruh basis NU dengan cara mengampanyekan kembali semboyan cinta terhadap produk sendiri, terutama produk dari warga Nahdliyyin, dan agar kembali ke model perekonomian lama yang merakyat yakni model koprasi,” kata Kiai Suharbillah.
Para pendekar IPS-NU Pagar Nusa tidak hendak ambisius ingin menyelesaikan problem Nusantara yang semakin edan ini secara cepat dan revolusioner, namun secara pasti mengambil perannya sendiri. ”Dalam soal kenaikan BBM kami tidak ingin memihak sana-sini. Kami hanya bertugas agar konflik yang terjadi akibat kenaikan BBM tidak semakin parah,” kata Kiai Suharbillah. Semoga bisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar